Iklan

NGAJI KITAB MASA’ILUSSHOLAT Part 05

Muhammad Muzakka
Thursday, August 16, 2018
Last Updated 2019-02-07T01:35:36Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini
NGAJI KITAB MASA’ILUSSHOLAT Part 05
Karya KH Ahmad Yasin Asymuni
[ Pengasuh PPHT Petuk Kediri ]
Tema : Permasalahan Seputar Sholat [ Lanjutan ]
Oleh  : Zakka Yuzakki Tazkiyyan




🍀 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 🍀

مَسَائِلُ الصَّلَاةِ
PERMASALAHAN SEPUTAR SHOLAT

٦). لو سقطت القلنسوة عند الرفع من السجود فهل الأولى يردها أم لا ؟ ؟

ج- لا يردها كما في فتح المعين بهامش الإعانة الجزء الأول صـ ١٩٤ : قَالَ الْغَزَالِيُّ فِي الْإِحْيَاءِ لَا يَرُدُّ رِدَاءَهُ إذَا سَقَطَ أَيْ إلَّا لِعُذْرٍ وَمِثْلُهُ الْعِمَامَةُ وَنَحْوُهَا

6). Apabila peci/songkok terjatuh ketika bangun dari sujud ( ditengah sholat ), apakah yang lebih utama itu mengembalikannya ( mengambilnya ) atau tidak ?

JAWAB
Yang lebih utama adalah tidak mengembalikannya ( dibiarkan saja ) seperti penjelasan dalam kitab Fathul Muin Bihaamisy Ianatut Tholibin Juz I Halaman 194 : “ Telah berkata Imam Ghozali dalam Ihya’ Ulumiddin : ( Ketika sedang sholat ) seseorang tidak perlu mengembalikan selendangnya ketika terjatuh, maksudnya kecuali ada udzur. Dan disamakan dengan selendang ( rida’ ) adalah surban dan sesamanya ”.

٧). ما حكم مدافعة الريح أثناء الصلاة ؟

ج- المدافعة عند التحرم مكروهة ، ولو عرضت له قبل التحرم فزالت وعلم من عادته أنها تعود إليه في الصلاة فمكروهة أيضا ، والمدافعة في غير ما ذكر غير مكروهة كما في فتح المعين بهامش الإعانة الجزء الأول صـ ١٩٤ :  وَالْعِبْرَةُ فِيْ كَرَاهَةِ ذَلِكَ بِوُجُوْدِهَا عِنْدَ التَّحَرُّمِ. وَيَنْبَغِيْ أَنْ يُلْحَقَ بِهِ مَا لَوْ عَرَضَتْ لَهُ قَبْلَ التَّحَرُّمِ فَزَالَتْ وَعَلِمَ مِنْ عَادَتِهِ أَنَّهَا تَعُوْدُ إِلَيْهِ فِي الصَّلَاةِ.

7). Apa hukum menahan buang angin ( maaf ; kentut ) dipertengahan sholat ?

JAWAB
Hukum menahannya ketika pas takbirotul ihrom adalah makruh, dan ketika ( rasa ingin buang angin ) datang sebelum takbirotul ihrom lalu hilang dan kebiasaannya akan kembali datang didalam sholat maka hukumnya juga makruh. Adapun menahan buang angin pada waktu selain yang telah disebutkan diatas adalah tidak dimakruhkan. Sebagaimana keterangan dalam Fathul Muin Bihaamisy Ianatut Tholibin Juz I Halaman 194 : “ Dan yang dijadikan pijakan didalam kemakruhan ( menahan buang angin ) tersebut adalah wujudnya/munculnya ( rasa ingin buang angin ) ketika takbirotul ihrom. Dan seyogyanya disamakan yaitu pada saat ( rasa ingin buang angin ) itu baru datang sebelum takbirotul ihrom lalu hilang dan kebiasaannya akan kembali datang didalam sholat ”.

٨). هل يجوز للرجل التصفيق لإعلام الإمام ؟

ج- يجوز لكن يخالف السنة ولا تبطل الصلاة كما في فتح الوهاب الجزء الأول صـ ٩١ : وَلَوْ صَفَّقَ الرَّجُلُ وَسَبَّحَ غَيْرُهُ جَازَ مَعَ مُخَالَفَتِهِمَا السُّنَّةَ .

وفي شرح كتاب غاية البيان شرح ابن رسلان الجزء الأول صـ ٢٠٥ : إِنَّمَا التَّصْفِيْقُ لِلنِّسَاءِ فَلَوْ صَفِقَ الرَّجُلُ وَسَبَّحَ غَيْرُهُ جَازَ مَعَ مُخَالَفَتِهِمَا السُّنَةَ

8). Apakah boleh bagi laki-laki menepuk tangan untuk mengingatkan imam ?

JAWAB
Boleh akan tetapi tidak sesuai dengan sunah dan sholatnya tidak batal. Sebagaimana keterangan dalam kitab Fathul Wahab Juz I Halaman 91 : “ Apabila ( untuk mengingatkan imam ) seorang laki-laki menepukkan tangan dan selainnya laki-laki ( perempuan dll ) membaca tasbih, maka hukumnya boleh tapi tidak sesuai dengan sunah ”.

Dan didalam kitab Ghoyatul Bayan Syarah Ibnu Ruslan Juz I Halaman 205 : “ Bahwasannya ( mengingatkan Imam ) dengan menepukkan tangan adalah bagi perempuan, maka ketika ( sebaliknya ) yaitu orang laki-laki menepukkan tangan dan selainnya laki-laki ( perempuan dll ) membaca tasbih, maka hukumnya boleh tapi tidak sesuai dengan sunah ”.

٩). لو صلى الرجل فرأى أعمى يسقط في البئر فهل وجب الإنذار به أم لا ؟

ج- وجب الإنذار به ولو بالكلام أو بالفعل المبطل كما في فتح الوهاب الجزء الأول صـ ٩١ : وَالْمُرَادُ بَيَانُ التَّفْرِقَةِ بَيْنَهُمَا فِيمَا ذُكِرَ لَا بَيَانُ حُكْمِ التَّنْبِيهِ وَإِلَّا فَإِنْذَارُ الْأَعْمَى وَنَحْوُهُ وَاجِبٌ فَإِنْ لَمْ يَحْصُلْ الْإِنْذَارُ إلَّا بِالْكَلَامِ أَوْ بِالْفِعْلِ الْمُبْطِلِ وَجَبَ وَتَبْطُلُ الصَّلَاةُ بِهِ عَلَى الأصح.

9). Ketika seseorang sholat lalu ia melihat orang buta yang akan jatuh kedalam sumur, apakah wajib untuk menakut-nakutinya ( supaya tidak jatuh ) ?

JAWAB
Wajib untuk menakut-nakutinya walaupun dengan perkataan atau perbuatan yang sampai membatalkan sholat. Seperti keterangan dalam kitab Fathul Wahab Juz I Halaman 91 : “ Dan yang dikehendaki adalah menjelaskan perbedaan antara keduanya ( laki-laki dan perempuan ) dalam masalah yang telah dijelaskan , bukan penjelasan hukum mengingatkan. Dan jika tidak demikian ( dalam arti yang dikehendaki adalah hukum mengingatkan, maka hukum menakut-nakuti orang buta ( yang akan jatuh kedalam sumur ) adalah wajib, lalu jika tidak berhasil dalam menakut-nakuti kecuali dengan perkataan atau perbuatan yang membatalkan sholat, maka wajib melakukan hal tersebut dan sholatnya batal menurut pendapat ashoh ”.

١٠). لو رئيت عورة المرأة من كُمِّ قميصها أو وسط قميصها المقطوع فهل هي تبطل الصلاة أم لا ؟

ج-  تبطل الصلاة كما في الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع الجزء الأول صـ ١١٣ : وَيَجِبُ سَتْرُ الْعَوْرَةِ مِنْ أَعْلَاهَا وَجَوَانِبِهَا لَا مِنْ أَسْفَلِهَا، وَلَوْ كَانَ الْمُصَلِّي امْرَأَةً فَلَوْ رُئِيَتْ عَوْرَتُهُ مِنْ جَيْبِهِ أََيْ طَوْقِ قَمِيصِهِ لَسَعَتِهِ فِي رُكُوعِهِ أَوْ غَيْرِهِ ضَرَّ.

وفي إعانة الطالبين الجزء الأول صـ ١١٣ : ( قَوْلُهُ: وَيَجِبُ السَّتْرُ مِنَ الْأَعْلَى إلخ ) هَذَا فِيْ غَيْرِ الْقَدَمِ بِالنِّسْبَةِ لِلْحُرَّةِ، أَمَّا هِيَ فَيَجِبُ سَتْرُهَا حَتَّى مِنْ أَسْفَلِهَا، إِذْ بَاطِنُ الْقَدَمِ عَوْرَةٌ كَمَا عَلِمْتَ. نَعَمْ، يَكْفِيْ سَتْرُهُ بِالْأَرْضِ لِكَوْنِهَا تَمْنَعُ إِدْرَاكَهُ، فَلَا تُكَلَّفُ لُبْسَ نَحْوِ خُفٍّ. فَلَوْ رُؤِيَ فِيْ حَالِ سُجُوْدِهَا، أَوْ وَقَفَتْ عَلَى نَحْوِ سَرِيْرٍ مُخَرَّقٍ بِحَيْثُ يَظْهَرُ مِنْ اخْرْاقِهِ، ضَرَّ ذَلِكَ، فَتَنَبَّهْ لَهُ.

10). Jika aurotnya perempuan ( ketika sholat ) terlihat dari lengan bajunya atau dari tengah-tengah bajunya yang dipotong ( mukenah potongan ), apakah hal tersebut membatalkan sholat ?

JAWAB
Iya, membatalkan sholat sebagaimana keterangan dalam kitab Iqna’ Fi Hilli Alfadzi Abi Syuja’ Juz I Halaman 113 : “ Wajib menutup aurot dari arah atasnya dan dari arah sampingnya, bukan dari arah bawahnya walaupun orang yang sholat itu adalah perempuan. Maka seumpama aurotnya terlihat dari kerah bajunya , maksudnya terlihat dari kerah bajunya karena lebarnya kerah tersebut, ketika ruku’ atau yang lain, maka dapat membatalkan sholat ".

       Dan didalam Ianatut Tholibin Juz I Halaman 113 : ( Perkataan pengarang : “ WAJIB MENUTUP AUROT DARI ARAH ATAS dst ” ) Ini adalah selain telapak kaki dinisbatkan bagi perempuan merdeka. Adapun perempuan merdeka , maka wajib menutupinya sampai ( tidak terlihat ) dari arah bawah karena bagian dalam telapak kaki adalah aurot sebagaimana telah diketahui. Iya, cukup menutupinya dengan tanah karena tanah dapat mencegah terlihatnya bagian dalam telapak kaki sehingga seorang perempuan tidak dituntut untuk memakai semisal sepatu. Jika bagian dalam telapak kaki terlihat ketika ia sujud atau ia sholat diatas ranjang ( tempat tidur ) yang dilubangi, sekiranya ( jika dilihat ) dari lubang tersebut nampak jelas bagian dalam telapak kaki, maka dapat membatalkan sholat. Maka ingatlah hal itu ”.

وَاللهُ أَعْلَمُ
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan