Iklan

HATI-HATI, BELEK MATA MENYEBABKAN WUDLU TIDAK SAH

Muhammad Muzakka
Wednesday, September 2, 2020
Last Updated 2020-09-02T03:24:48Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini
HATI-HATI, BELEK MATA MENYEBABKAN WUDLU TIDAK SAH 


Belek atau kotoran mata yang menempel dimata, baik karena habis bangun tidur atau sakit mata adalah sesuatu yang mungkin tidak disadari sebagian orang ketika wudlu atau mandi besar. Hal inilah yang membuat saya ingin menulis pembahasan ini dalam post yang sederhana dan mudah-mudahan bisa dipahami. 

Pertanyaan:
a. Apakah sah wudlu atau mandi besar ketika ada belek yang menempel dimata?

Jawaban: 
Termasuk syarat sah wudlu atau mandi besar adalah sampainya air pada anggota yang wajib dibasuh. Untuk menjawab masalah ini, maka yang pertama kita harus mengetahui apakah anggota dibawah belek itu termasuk yang wajib dibasuh atau tidak? Dan apakah belek itu dapat mencegah sampainya air atau tidak?

Ternyata masalah ini sudah dijawab oleh salah seorang Ulama ternama dalam madzhab Syafiiyyah, beliau Imam Romli Rahimahullah Ta'ala mengatakan :

وَيَجِبُ غَسْلُ مَوْقَى الْعَيْنِ قَطْعًا، فَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ نَحْوُ رَمَاصٍ يَمْنَعُ وُصُولَ الْمَاءِ إلَى الْمَحَلِّ الْوَاجِبِ وَجَبَ إزَالَتُهُ وَغَسْلُ مَا تَحْتَهُ. اهـ نهاية المحتاج ج ١ صـــ ١٦٨
Makna Petuk 
“Wajib membasuh bagian sudut mata tanpa ada khilaf (dalam madzhab Syafiiyyah). Maka apabila disudut mata itu terdapat semisal belek yang dapat mencegah sampainya air ke anggota yang wajib dibasuh, maka wajib membasuhnya dan sesuatu yang ada dibawahnya.” 

Romash atau belek ini dijelaskan oleh As-Syibromilisi dalam Hasiyahnya, beliau menjelaskan :

(قَوْلُهُ: فَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ نَحْوَ رَمَاصٍ) عِبَارَةُ الْمُخْتَارِ: الرَّمَصُ بِفَتْحَتَيْنِ وَسَخٌ يَجْتَمِعُ فِي الْمُوقِ، فَإِنْ سَالَ فَهُوَ غَمَصٌ، وَإِنْ جَمَدَ فَهُوَ رَمَصٌ، وَقَدْ رَمَصَتْ عَيْنَاهُ مِنْ بَابِ طَرِبَ اهـ. فَقَوْلُ الشَّارِحِ رَمَاصٍ بِالْأَلِفِ لَعَلَّهُ لُغَةٌ أُخْرَى
Makna Petuk
“[dawuh Imam Romli : "Apabila disudut mata itu terdapat semisal belek"] Redaksi kamus Al-Mukhtar : "lafadz Ar-Romash dengan dibaca fathah ro' dan mim adalah kotoran yang menyatu disudut mata, jika masih cair/mengalir disebut 'ghomash', dan jika sudah keras disebut 'romash'. Dikatakan "romashot ainaahu" dari bab thoroba. Maka ucapan Imam Romli 'romaashin' dengan alif kemungkinan adalah lughot lain.” 

Imam Asy-Syirwani dalam Hasiyah Tuhfah juga menuqil penjelasan Imam Romli dan juga Syekh Khotib As-Syirbini dalam Mughnil Muhtaj. Beliau katakan :

ويجب غسل موق العين قطعا ، فإن كان عليه نحو رماص يمنع وصول الماء إلى المحل الواجب وجب إزالته وغسل ما تحته نهاية ومغني. اهـ حاشية الشرواني ج ٢ صـــ ٣٧٩
Makna Petuk
“Wajib membasuh bagian sudut mata tanpa ada khilaf (dalam madzhab Syafiiyyah). Maka apabila disudut mata itu terdapat semisal belek yang dapat mencegah sampainya air ke anggota yang wajib dibasuh, maka wajib membasuhnya dan sesuatu yang ada dibawahnya, selesai Nihayah dan Mughnil Muhtaj.” 

Ulama Syafiiyyah dari Banten, Syekh Nawawi Al-Jawi menjelaskan bahwa romash atau belek ini termasuk sesuatu yang dapat mencegah sampainya air sehingga wajib dihilangkan, beliau mengatakan:

وإذا كان على الوجه حائل وجبت إزالته ومنه الرمص في العين والوسخ الذي يكون في باب الانف فلا بد من إزالة ذلك. اهـ نهاية الزين صـــ ٢١ ط. دار الكتب العلمية

Makna Petuk
“Ketika diwajah terdapat penghalang maka wajib menghilangkannya. Dan termasuk penghalang adalah belek yang ada dimata dan juga kotoran yang ada dipintu hidung, maka harus menghilangkan kotoran tersebut.” 

Dalam hal ini Syekh Zainuddin Al-Malibary, mempertegas masalah ini dalam Fathul Muin ketika menjelaskan kesunahan wudlu, yang intinya sama dengan Imam Nawawi Al-Bantany. 

وَتَعَهُّدُ عَقْبٍ وَمُوْقٍ وَهُوَ طَرْفُ الْعَيْنِ الَّذِيْ يَلِي اْلأَنْفَ وَلِحَاظٍ وَهُوَ الطَّرْفُ اْلآخَرِ بِسَبَابَتَيْ شِقَّيْهِمَا وَمَحَلُّ نَدْبِ تَعَهُّدِهِمَا إِذَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِمَا رَمَصٌ يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلَى مَحَلِّهِ وَإِلاَّ فَتَعَهُّدُهُمَا وَاجِبٌ كَمَا فِي الْمَجْمُوْعِ وَلاَ يُسَنُّ غَسْلُ بَاطِنِ الْعَيْنِ بَلْ قَالَ بَعْضُهُمْ يُكْرَهُ لِلضَّرَرِ وَإِنَّمَا يُغْسََلُ إِذَا تَنْجُسُ لِغَلَظِ أَمْرِ النَّجَاسَةِ اهـ فتح المعين صـــ ٦٦ مكتبة دار الفكر

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan jawaban sbb:

▪Jika belek itu dapat mencegah sampainya air ke sudut mata, semisal belek itu agak keras, maka wudlu atau mandinya tidak sah.

Pertanyaan:
b. Jika tidak sah, apa yang harus dilakukan jika berdampak bahaya ketika menghilangkan belek atau kotoran tersebut? 

Jawaban:
▪Jika memang untuk menghilangkan belek itu bisa menimbulkan bahaya, maka hal itu dima'fu (tidak usah dihilangkan) sebagaimana penjelasan As-Syibromilisi berikut ini:

( قوله : وإلا وجب غسلهما ) أي ولا يتأتى ذلك إلا بإزالة ما فيهما من الرمص ونحوه فتجب إزالته كما تقدم في غسل الوجه ، لكن ينبغي أنه لو لم تتأت إزالة ما فيهما كالكحل ونحوه إلا بضرر أنه يعفى عنه حيث استعمل الكحل لعذر كمرض أو للتزين ولم يغلب على ظنه إضرار إزالته
Makna Petuk
“Dan apabila mencegah sampainya air maka wajib membasuh keduanya (yakni sudut dan kelopak mata) maksudnya sekira hal itu tidak bisa dicapai kecuali dengan menghilangkan sesuatu yang ada didalam keduanya seperti belek dan semisalnya, maka wajib menghilangkannya sebagaimana keterangan yang telah lalu dalam pembahasan membasuh wajah. Akan tetapi jika menghilangkan sesuatu yang ada didalam keduanya semisal celak dll tidak bisa hasil kecuali dengan sesuatu yang memberi dampak bahaya, maka hal itu dima'fu jika memang pemakaian celak itu karena udzur sakit atau untuk berhias dan diprediksi kuat tidak memberi dampak bahaya jika dihilangkan.” 

WaLlahu A’lam


NB: postingan ini saya tulis ulang dan revisi dari tulisan saya di Facebook tanggal 02 September 2019 disini
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan