masukkan script iklan disini
NIAT DALAM MENIKAH, JANGAN SAMPAI SALAH
Dalam melakukan setiap amal, niat itu sangat penting sekali karena sebagai penentu apakah amal kita itu menjadi amal dunia yang pelakunya tidak mendapat apa-apa diakhirat atau menjadi amal akhirat yang pelakunya akan diberi pahala berlipat-lipat. Banyak sekali dalil baik dari Al-Qur'an maupun hadits yang menjelaskan ini.
➡ Al-Qur'an
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ [الشورى : ٢٠]
Artinya: “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.” [Asy-Syuro: 20]
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٦)
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud : 15-16).
وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’ : 19).
➡ Hadits
Rasulullah ﷺ bersabda:
إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى
“Setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” (HR Al-Bukhari)
فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، وَإنْ هَمَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ
“Barangsiapa berniat untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi melakukannya maka Allah tabaaraka wa ta’ala mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna, dan jika ia berniat untuk melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya sepuluh kebaikan sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang banyak.” (HR. Bukhori)
➡ Dawuh Ulama
Imam Ibnu Mubarok mengatakan:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ.
“Berapa banyak amal kecil, tetapi menjadi besar karena niat (positif) dari pelakunya. Dan betapa banyak amalan besar, namun berubah kecil karena niat (negatif) dari pelakunya.”
Imam Ghozali dalam Ihya' :
وأما تضاعف الفضل، فبكثرة النيات الحسنة؛ فإن الطاعة الواحدة، يمكن أن ينوي بها خيرات كثيرة، فيكون له بكل نية ثواب إذ كل واحدة منها حسنة، ثم تضاعف كل حسنة عشر أمثالها، كما ورد به الخبر.
"Adapun dari sisi berlipat gandanya pahala, yaitu dengan banyaknya niat-niat baik. Karena satu ketaatan memungkinkan untuk diniatkan banyak kebaikan, maka baginya pahala untuk masing-masing niat. Karena setiap niat merupakan kabaikan, kemudian setiap kebaikan akan dilipat gandakan menjadi 10 kali lipat"
A. TERKAIT ILMU
KEUTAMAAN ILMU, HANYA BERLAKU BAGI ORANG YANG MENGHARAP RIDLO ALLAH
Banyak sekali hadits, atsar shohabat atau kalam Ulama yang menjelaskan keutamaan ilmu. Tapi tahukah anda bahwa keutamaan ilmu itu hanya berlaku bagi yang mencarinya karena mengharap ridlo Allah, bukan karena tujuan duniawi seperti untuk harta, ketenaran, jabatan dll. Bahkan ketika tujuannya dunia, maka hal itu merupakan perkara yang tercela.
Imam Khotib As-Syarbini, seorang Ulama pakar fiqh madzhab Syafii telah mengingatkan kita terkait hal ini. Beliau berkata dalam kitab fiqhnya yang sudah masyhur, yakni Mughnil Muhtaj Fi Syarhil Minhaj :
وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً، يَدُلُّ لِذَلِكَ قَوْلُهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «يَسِيرُ الْفِقْهِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيرِ الْعِبَادَةِ» وَأَقَاوِيلُهُمْ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى. 💠 مغني المحتاج للخطيب الشربيني ج ١ ص ٩٩
“Dari Ibnu Umar Radliyallahu Anhuma, beliau berkata : "Majlis ilmu fiqh lebih baik daripada ibadah 60 tahun". Hal itu ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam : "Sedikit ilmu fiqh lebih baik daripada banyaknya ibadah" dan dawuh Ulama terkait hal itu sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya.”
ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ مَا ذَكَرْنَاهُ فِي فَضْلِ الْعِلْمِ إنَّمَا هُوَ فِيمَنْ طَلَبَهُ مُرِيدًا بِهِ وَجْهَ اللَّهِ - تَعَالَى - فَمَنْ أَرَادَهُ لِغَرَضٍ دُنْيَوِيٍّ كَمَالٍ أَوْ رِيَاسَةٍ أَوْ مَنْصِبٍ أَوْ جَاهٍ أَوْ شُهْرَةٍ أَوْ اسْتِمَالَةِ النَّاسِ إلَيْهِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ فَهُوَ مَذْمُومٌ. قَالَ تَعَالَى: {مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ} [الشورى: ٢٠] . وَقَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا يَنْتَفِعُ بِهِ فِي الْآخِرَةِ يُرِيدُ بِهِ غَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ» أَيْ: لَمْ يَجِدْ رِيحَهَا.
وَقَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ» وَقَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَا يُنْتَفَعُ بِعِلْمِهِ» وَقَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «شِرَارُ النَّاسِ شِرَارُ الْعُلَمَاءِ» وَقَالَ عَلِيٌّ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ -: يَا حَمَلَةَ الْعِلْمِ اعْمَلُوا بِهِ فَإِنَّمَا الْعَالِمُ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَوَافَقَ عِلْمُهُ عَمَلَهُ، وَسَيَكُونُ أَقْوَامٌ يَحْمِلُونَ الْعِلْمَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يُخَالِفُ عَمَلُهُمْ عِلْمَهُمْ وَتُخَالِفُ سَرِيرَتُهُمْ عَلَانِيَتَهُمْ يَجْلِسُونَ حِلَقًا يُبَاهِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا حَتَّى إنَّ الرَّجُلَ لَيَغْضَبُ عَلَى جَلِيسِهِ أَنْ يَجْلِسَ إلَى غَيْرِهِ وَيَدَعَهُ، أُولَئِكَ لَا تَصْعَدُ أَعْمَالُهُمْ فِي مَجَالِسِهِمْ تِلْكَ إلَى اللَّهِ - تَعَالَى -. وَقَالَ سُفْيَانُ: مَا ازْدَادَ عَبْدٌ عِلْمًا فَازْدَادَ فِي الدُّنْيَا رَغْبَةً إلَّا ازْدَادَ مِنْ اللَّهِ بُعْدًا. وَالْآثَارُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ، فَنَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى - أَنْ يُوَفِّقَنَا بِفَضْلِهِ وَأَنْ يَحْفَظَنَا مِنْ الشَّيْطَانِ وَجُنْدِهِ 💠 مغني المحتاج للخطيب الشربيني ج ١ ص ١٠٠
“Lalu ketahuilah, bahwa apa yang telah dijelaskan terkait keutamaan ilmu itu hanya berlaku bagi orang yang mencarinya karena mengharap ridlo Allah Ta'ala. Maka orang yang mencari ilmu karena tujuan duniawi seperti harta, kepemimpinan, derajat, jabatan, ketenaran, agar manusia condong kepadanya, dll, itu adalah orang yang tercela. Allah SWT berfirman : "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura : 20). Rasulullah SAW "Barangsiapa belajar ilmu yang seharusnya itu bermanfaat bagi Akhiratnya tapi ia menghendaki dengan ilmu itu tujuan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga" maksudnya ia tidak menemukan baunya sama sekali. Dst...”
B. TERKAIT PERNIKAHAN
وفيه مسائل الأولى نص الإمام ان النكاح من الشهوات لا من القربات، واليه أشار الشافعي في الأم. وقال النواوي ان قصد به طاعة كاتباع السنة أو تحصيل ولد أو عفة فرجه أو عينه فهو من أعمال الآخرة يثاب عليه 📚 ضوء المصباح صـــ ٤
“Dalam bab pernikahan ini ada beberapa masalah. Yang pertama, nash Imam Haromain bahwa nikah termasuk dari syahwat bukan al-qurubat (amal yang secara dzatiyah digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah), dan terkait ini Imam Syafi'i memberi isyaroh dalam kitab Al-Um. Imam Nawawi mengatakan: "apabila diniati taat seperti mengikuti sunah, mendapatkan keturunan, menjaga kemaluan dan matanya, maka pernikahan menjadi amal akhirat yang pelakunya diberi pahala.”
NIAT-NIAT MENIKAH YANG DIJELASKAN OLEH ABDULLAH BIN AHMAD BAASUDAN
بسم الله الرحمن الرحيم
نيات التزويج [١]
NIAT DALAM MENIKAH
📌 نويت بهذا التزوج والزوجة محبة الله عز وجل، والسعي في تحصيل الولد لبقاء جنس الإنسان.
Aku niat dengan pernikahan bersama istriku ini semata-mata karena cinta kepada Allah Azza Wa Jalla dan berusaha untuk menghasilkan keturunan demi langgengnya jenis yang bernama manusia.
📌 نويت محبة الرسول ﷺ في تكثير مباهاته، لقوله ﷺ : " تناكحوا تناسلوا فإني مباه بكم الأمم يوم القيامة ".
Aku niat semata-mata karena mahabbah kepada Rasulullah ﷺ untuk menambah kebanggaan beliau, karena sabda Rasulullah ﷺ : “Menikahlah dan perbanyaklah keturunan, karena sesungguhnya aku akan membanggakan kalian dihadapan semua umat sebelumku di hari kiamat”.
📌 نويت بهذا التزويج وما يصدر مني من قول وفعل : التبرك بدعاء الولد الصالح بعد، وطلب الشفاعة بموته صغيرا إذا مات قبلي.
Aku niat dengan pernikahan ini dan apa-apa yang bersumber dariku, baik perkataan dan perbuatan untuk mendapatkan barokah dari anakku yang soleh kelak, dan mengharap syafaat darinya bila ia meninggal waktu kecil sebelumku.
📌 نويت بهذا التزويج التحصن من الشيطان، وكسر التوقان، وكسر غوائل الشر، وغض البصر، وقلة الوسواس.
Aku niat dengan pernikahan ini untuk membentengi diriku dari syetan, menghancurkan syahwat, menghilangkan kotoran hati, menundukkan pandangan, serta menghindari gangguan syetan.
📌 نويت حفظ الفرج من الفواحش.
Aku niat menjaga kemaluan dari perbuatan-perbuatan keji.
📌 نويت بهذا التزويج : ترويح النفس وإيناسها بالمجالسة والنظر والملاعبة إراحة للقلب، وتقوية له على العبادة.
Aku niat dengan pernikahan ini untuk menenangkan nafsu dan menghiburnya dengan duduk , memandang, dan bersenda gurau bersama istri/suami, demi melipur hati dan meningkatkan semangat dalam beribadah.
📌 نويت به : تفريغ القلب عن تدبير المنزل، والتكفل بشغل الطبخ والكنس والفرش وتنظيف الأواني، وتهيئة أسباب المعيشة.
Aku berniat dengannya untuk mengosongkan dari mengatur urusan rumah, tanggung jawab urusan dapur, kebersihan alat-alat memasak, dan mencari nafkah.
📌 ونويت به مجاهدة النفس ورياضتها بالرعاية والولاية، والقيام بحقوق الأهل والصبر على أخلاقهن، واحتمال الأذى منهن، والسعي في إصلاحهن، وإرشادهن إلى طريق الخير، والإجتهاد في طلب الحلال لهن، والأمر بتربية الأولاد، وطلب الرعاية من الله على ذلك والتوفيق له والإنطراح بين يديه والإفتقار إليه في تحصيله.
Aku niat dengannya untuk memerangi hawa nafsu dan melatihnya melalui pengayoman, kepemimpinan dan tanggung jawab memenuhi hak-hak keluarga, sabar dengan perilaku dan gangguan dari keluarga. Dan selalu berusaha untuk memperbaiki prilaku dan selalu membimbingnya ke jalan yang baik, berusaha mencari rizki yang halal bagi keluarga serta menyuruh keluarga untuk mendidik anak-anak, meminta perlindungan dan taufiq dari Allah dalam semua perkara di atas. Dan juga menghinakan diri dihadapan Allah serta merasa butuh padaNya demi mendapatkan itu semua.
📌 نويت هذا كله لله تعالى.
Aku niat semua ini hanya karena Alloh Ta’ala.
📌 نويت هذا وغيره من جميع ما أتصرف فيه وأقوله وأفعله في هذا التزويج لله تعالى.
Aku niat dalam pernikahan ini dan lainnya dari apa yang akan aku ambil tindakan, yang kuucapkan dan kuperbuat, hanya karena Alloh SWT.
📌 ونويت بهذا التزويج ما نوى به عبادك الصالحون، والعلماء العاملون.
Aku niat dengan pernikahan ini sebagaimana niatnya para hambaMu yang sholih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
📚 زيتونة الألقاح شرح منظومة ضوء المصباح في أحكام النكاح صـــ ٦١-٦٢
________________________________
[١] من عادة السلف الصالح أن يعقدوا نيات صالحة قبل الشروع في أي عمل تقربا إلى الله سبحانه وتعالى وحتى يخرج العمل من دائرة العادة إلى العبادة، ولذا فقد أحببنا أن نفتح هذا الكتاب المبارك بهذه النيات العظيمة والتي تتعلق بموضوع الكتاب، والله ولي التوفيق اهـ الناشر عفا الله عنه.
Dalam terbitan Darul Minhaj ada catatan kaki yang saya beri tanda no.1 diatas :
“Termasuk kebiasaan salafus solih adalah mengikat niat-niat yang baik sebelum melakukan setiap amal untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga amal itu keluar dari ranah adat menuju ibadah. Karena inilah kami tertarik untuk membuka kitab yang diberkahi ini dengan niat-niat yang agung dan sesuatu yang berhubungan dengan peletakan kitab ini. WaLlahu Waliyyutaufiq...”
______________________________
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد النبي الممدوح صاحب العز والنصر والفتوح المؤيد بالملائكة والروح وعلى آله وصحبه أجمعين
Kediri, Sabtu 28 September 2019
Muhammad Muzakka