Selasa 15 April 2025

Iklan

KUPAS TUNTAS MEMBACA SHOLAWAT ATAS KELUARGA NABI ﷺ SAAT TASYAHUD AWAL

Muhammad Muzakka
Wednesday, October 7, 2020
Last Updated 2020-10-07T02:24:15Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

KUPAS TUNTAS MEMBACA SHOLAWAT ATAS KELUARGA NABI ﷺ SAAT TASYAHUD AWAL

Oleh: Muhammad Muzakka



EPISODE 01 (BAGI MUNFARID)


LUPA MEMBACA BACAAN TASYAHUD HINGGA SELESAI DIDALAM TASYAHUD AWAL

Pertanyaan:
Kalau misal pas tasyahud awal tapi bacanya sampai tasyahud akhir selesai karena lupa,, apakah sunah sujud syahwi diakhir sholat ?

Jawaban:

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد النبي الممدوح صاحب العز والنصر والفتوح المؤيد بالملائكة والروح وعلى آله وصحبه أجمعين

HUKUM MEMBACA SHALAWAT ATAS NABI ﷺ DIDALAM TASYAHUD

Membaca shalawat atas Nabi ﷺ hukumnya sunah pada tasyahud awal dan fardlu pada tasyahud akhir. Imam Nawawi mengatakan:

هَلْ تُشْرَعُ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقِبَ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ ؟ فِيهِ قَوْلَانِ مَشْهُورَانِ ( الْقَدِيمُ ) لَا يُشْرَعُ ، وَبِهِ قَطَعَ أَبُو حَنِيفَةَ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ وَحُكِيَ عَنْ عَطَاءٍ وَالشُّعَبِيِّ وَالنَّخَعِيِّ وَالثَّوْرِيِّ . ( وَالْجَدِيدُ ) الصَّحِيحُ عِنْدَ الْأَصْحَابِ تُشْرَعُ
Makna Petuk: "Apakah disyariatkan (disunahkan) membaca shalawat atas Nabi ﷺ setelah membaca tasyahud awal? Dalam hal ini ada dua qoul yang masyhur. Menurut qoul qodim tidak disyariatkan, dan ini telah ditetapkan oleh Abu Hanifah, Imam Ahmad, Ishaq serta dihikayahkan dari Atho', As-Syu'abi, An-Nakho'i, dan Ats-Tsauri. Menurut qoul jadid yang mana ini adalah pendapat yang sohih menurut Ashab Syafiiyyah disyaritakan membaca shalawat atas Nabi ﷺ setelah tasyahud awal". [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Al-Majmuk Syarah Muhadzab Juz IIII hal. 441 Maktabah Al-Irsyad Jedah]

Yang dikehendaki dengan fardlu adalah termasuk rukun shalat sebagaimana telah dijelaskan oleh Imam Nawawi pada awal bab ketika menjelaskan rukun dan sunah shalat. Kemudian terkait membaca shalawat atas Nabi ﷺ didalam tasyahud akhir, beliau Imam Nawawi menjelaskan di halaman selanjutnya:

( أَمَّا أَحْكَامُ الْمَسْأَلَةِ ) فَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ فَرْضٌ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا إلَّا مَا سَأَذْكُرُهُ عَنْ ابْنِ الْمُنْذِرِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى فَإِنَّهُ مِنْ أَصْحَابِنَا. 
Makna Petuk: "Adapun hukum masalahnya, membaca shalawat atas Nabi ﷺ didalam tasyahud akhir adalah fardlu (wajib) tanpa ada perbedaan pendapat dalam kalangan Syafiiyyah kecuali pendapat dari Ibnu Mundzir yang akan Aku jelaskan nanti insyaallahu Ta'ala karena beliau termasuk ashab Syafiiyyah". [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Al-Majmuk Syarah Muhadzab Juz III hal. 447 Maktabah Al-Irsyad Jedah]

Dalam Minhajut Tholibin, beliau katakan:

وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرْضٌ فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ، وَالْأَظْهَرُ: سَنُّهَا فِي الْأَوَّلِ
Makna Petuk: "Membaca shalawat atas Nabi ﷺ adalah fardlu didalam tasyahud akhir dan menurut qoul adhar hukumnya sunah didalam tasyahud awal". [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Minhajut Tholibin Hal. 102 cetakan Darul Minhaj]

HUKUM MEMBACA SHALAWAT ATAS KELUARGA NABI ﷺ DIDALAM TASYAHUD

1. Hukum membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal

Hukum membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ tidak disunahkan pada tasyahud awal menurut pendapat yang sohih. Sedangkan pada tasyahud akhir disunahkan. Iman Nawawi menjelaskan:

وَلَا تُسَنُّ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ، وَتُسَنُّ فِي الْأَخِيرِ، وَقِيلَ: تَجِبُ.
Makna Petuk: "Dan tidak disunahkan membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal menurut pendapat sohih dan disunahkan didalam tasyahud akhir. Menurut satu pendapat hukumnya wajib didalam tasyahud akhir". [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Minhajut Tholibin Hal. 102 cetakan Darul Minhaj]

Namun dalam kitab At-Tanqih syarah Al-Wasit, beliau cenderung tidak membedakan antara tasyahud awal dan akhir dalam arti disunahkan juga membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal karena memang ada hadits sohih yang menjelaskan dianjurkannya untuk mengikutkan keluarga Nabi dalam shalawat dan adanya larangan untuk tidak mengikutkannya, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa pendapat kedua ini dipilih karena ada hadits sohih. Syekh Khotib As-Syirbini dalam Mughnil Muhtaj merekam perkataan Imam Nawawi dalam At-Tanqih, beliau ketakan:

(وَلَا تُسَنُّ) الصَّلَاةُ (عَلَى الْآلِ فِي) التَّشَهُّدِ (الْأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ) لِبِنَائِهِ عَلَى التَّخْفِيفِ. وَالثَّانِيتُسَنُّ فِيهِ كَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِيهِ إذْ لَا تَطْوِيلَ فِي قَوْلِهِ وَآلُهُ أَوْ آلُ مُحَمَّدٍ، وَكَذَا اخْتَارَهُ الْأَذْرَعِيُّ وَقَالَ الْمُصَنِّفُ فِي التَّنْقِيحِ: إنَّ التَّفْرِقَةَ بَيْنَهُمَا فِيهَا نَظَرٌ، فَيَنْبَغِي أَنْ يُسَنَّا جَمِيعًا أَوْ لَا يُسَنَّا، وَلَا يَظْهَرُ فَرْقٌ مَعَ ثُبُوتِ الْجَمْعِ بَيْنَهُمَا فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ اهـ
Makna Petuk: "Dan tidak disunahkan membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal menurut pendapat sohih karena memang aturan tasyahud awal itu sebentar. Menurut pendapat muqobil sohih disunahkan seperti shalawat atas Nabi ﷺ karena ucapan wa aalihi atau aali Muhammad tidak dianggap memperpanjang dan Imam Al-Adzro'i memilih pendapat ini. Imam Nawawi dalam kitab At-Tanqih mengatakan bahwa membedakan antara keduanya (shalawat atas Nabi dan keluarga Nabi ﷺ) itu menimbulkan tanda tanya. Alangkah baiknya untuk disunahkan keduanya sekaligus atau tidak disunahkan, karena tidak nampak perbedaan serta ditetapkannya kumpul didalam beberapa hadits sohih". [Al-Khotib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj Juz I Hal. 268 cetakan Darul Ma'rifat]

Selain Imam Al-Adzro'i, juga Imam Ibnu Mulqin yang menguatkan pendapat kedua ini. Beliau dalam syarah minhaj mengatakan:


وَلاَ تُسَنُّ عَلَى الآلِ فِي الأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ، لما ذكرناه، والثاني: نعم كالصلاة، وهو القوي عندي لصحة الأحاديث به
Makna Petuk: "Dan tidak disunahkan membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal menurut pendapat sohih karena alasan yang telah kami jelaskan. Menurut pendapat kedua: ya, disunahkan dan pendapat ini kuat menurutku karena adanya hadits sohih". [Ibnul Mulqin, Ujalatul Muhtaj Ila Taujihil Minhaj Juz I Hal. 217]

Imam Al-Ahdal mengatakan:

اذا صح الحديث طارت المقاييس مع الريح
"Ketika hadits telah sohih, terbanglah pengqiyasan bersama angin"

Bahkan Imam Ahmad bin Hasan Al-Atthas Radliyallahu Anhu pernah ditanya:

هل ياتي المصلي بالصلاة على الال في التشهد الاول ؟
فقال نعم ياتي بها ولا يلتفت الى قول من كره ذلك ولا ينبغي للانسان ان يقيد نفسه عن العمل الصالح ولا ادري ماذا يقول القائلون بكراهة الصلاة على الال للحبيب صلى الله عليه وسلم واي دليل معهم
Apakah musholli dianjurkan membaca shalawat atas keluarga Nabi didalam tasyahud awal? Beliau menjawab: ya, musholli dianjurkan membacanya dan jangan menoleh pada pendapat orang yang memakruhkannya. Tidak selayaknya bagi seseorang untuk mengikat dirinya dari amal sholih. Aku tidak tau  bagaimana orang-orang yang memakruhkan shalawat atas keluarga Nabi ﷺ mengatakan hal itu. Dalil mana yang mereka pakai?

Juga dalam fatwa panjang kumpulan asilah mushonif fathul muin, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari juga merekam pendapat Ibnu Mulqin, Al-Adzro'i, dan Imam Nawawi dalam At-Tanqih. Karena panjang, saya ambil kesimpulan jawaban dari Syekh Abdul Aziz Az-Zamzami (untuk detail nya bisa disimak referensi dibawah) :

وهذا الخلاف وإن كان غير في اصطلاحهم لأنه مقال الصحيح لكنه قوي المدرك لصحة الحديث المتقدم ولذا نظر النووي في كلام الأصحاب ومال إلى التسوية في سنها في التشهد الأول والأخير.
Makna Petuk : "Perkhilafan ini walaupun bisa merubah istilah para Ulama, karena dikatakan As-Sohih tetapi pendapat kedua ini kuat dari sisi madrok karena hadits sohih yang telah disebutkan. Dan karena inilah Imam Nawawi mempertimbangkan kembali perkataan Ashab dan beliau cenderung menyamakan hukum sunah didalam tasyahud awal dan tasyahud akhir".
masukkan script iklan disini

📝KESIMPULAN
Membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal hukumnya tidak disunahkan menurut pendapat yang sohih. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa pendapat yang mengatakan sunah juga kuat dari sisi dalil.

Imam Nawawi juga menjelaskan dalam bab sujud sahwi, bahwa orang yang tidak membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal disunahkan sujud sahwi menurut pendapat kedua yang mengatakan sunah, beliau mengatakan:

وَكَذَا الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ فِي الْأَظْهَرِ سَجَدَ، وَقِيلَ: إِنْ تَرَكَ عَمْدًا فَلَا. قُلْتُ: وَكَذَا الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ حَيْثُ سَنَنَّاهَا، وَاللهُ أَعْلَمُ.
Makna Petuk: "Begitu juga (ketika tidak) membaca shalawat atas Nabi ﷺ didalam tasyahud awal, menurut qoul adhar disunahkan sujud sahwi. Ada qil (satu pendapat) mengatakan jika sengaja maka tidak disunahkan sujud sahwi. Aku (Imam Nawawi) mengatakan: pun juga disunahkan sujud sahwi (ketika tidak) membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ menurut pendapat yang mengatakan sunah. WaLlahu A’lam" [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Minhajut Tholibin Hal. 110 cetakan Darul Minhaj]

2. Penegasan Hukum
Dikatakan bahwa membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ hukumnya tidak disunahkan, lalu apa konsekuensi hukum ketika dibaca?

Dalam hal ini Imam Nawawi, dalam kitab Roudlotut Tholibin, beliau katakan:

أَمَّا الْأَوَّلُ فَيُكْرَهُ فِيهِ الدُّعَاءُ، بَلْ لَا يَزِيدُ عَلَى لَفْظِ التَّشَهُّدِ إِلَّا الصَّلَاةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُلْنَا : هِيَ سُنَّةٌ فِيهِ ، وَعَلَى الْآلِ عَلَى وَجْهٍ.

قُلْتُ : إِطَالَةُ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ مَكْرُوهَةٌ كَمَا ذُكِرَ . فَلَوْ طَوَّلَهُ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ وَلَمْ يَسْجُدْ لِلسَّهْوِ ، سَوَاءٌ طَوَّلَهُ عَمْدًا أَمْ سَهْوًا . وَاللَّهُ أَعْلَمُ .
Makna Petuk: "Adapun didalam tasyahud awal hukumnya makruh menambah doa, bahkan tidak boleh menambah lafadz tasyahud kecuali bacaan sholawat atas Nabi ﷺ jika kita katakan itu sunah (yang mana itu merupakan pendapat sohih) dan shalawat atas keluarga Nabi ﷺ menurut satu wajah pendapat (muqobil sohih)".

Aku (Imam Nawawi) katakan: "memperpanjang tasyahud awal hukumnya makruh sebagaimana telah disebutkan. Seandainya seseorang memperpanjangnya, maka shalatnya tidak batal dan tidak disunahkan sujud sahwi baik memperpanjang itu ia lakukan dengan sengaja atau lupa" WaLlahu A’lam". [Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarof An-Nawawi, Roudlotut Tholibin Juz I Hal. 371 cetakan Darul Kutub Al-Ilmiyyah 2013]

Dari uraian diatas meskipun tidak secara sorih tapi bisa dipahami bahwa hukum membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal adalah makruh menurut pendapat sohih karena termasuk memperpanjang tasyahud awal. Namun secara tegas Imam Nawawi menyatakan shalatnya tidak batal dan tidak pula disunahkan sujud sahwi baik sengaja ataupun lupa.

Lalu bagaimana tanggapan Ulama Muta'akhirin?

Kemakruhan membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal dan terkait sujud sahwinya ketika membacanya, rupanya juga menjadi perbincangan lumayan sengit dikalangan Ulama Muta'akhirin.

Dalam kitab-kitab Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, belum kami temukan nash sorih yang mengatakan makruh membaca shalawat atas keluarga Nabi didalam tasyahud awal kecuali dalam Syarah Baa Fadhol yang bernama Minhajul Qowim dan didalam fatawi beliau ketika menjelaskan kasus makmum yang selesai membaca tasyahud sebelum imam selesai. Beliau secara tegas menyatakan:

( وإطالة تشهد الأول ) ولو بالصلاة على الآل فيه والدعاء فيه لبنائه على التخفيف.
Makna Petuk: "Dan (makruh) memperpanjang tasyahud awal, walaupun dengan bacaan shalawat atas keluarga Nabi dan juga doa karena tasyahud awal itu ditetapkan atas dasar sebentar". [Ibnu Hajar Al-Haitami, Minhajul Qowim Hal. 125 cetakan Darul Kutub Al-Ilmiah)

Syekh Mahfudz At-Tarmasyi dalam Hasiyah At-Tarmasyi ala Minhajul Qowim juga mempertegasnya. Beliau katakan:

فائدة: يكره إطالة التشهد الأول ولو بالصلاة على الآل فيه بناء على القول الصحيح من أنها لا تسن فيه وأما على مقابله الذي اختاره الأذرعي فلا
Makna Petuk: "makruh memperpanjang tasyahud awal, walaupun dengan bacaan shalawat atas keluarga Nabi berdasarkan pendapat sohih bahwa tidak disunahkan membacanya didalam tasyahud awal. Adapun berdasarkan pendapat muqobil sohih yang dipilih Imam Adzro'i, maka tidak makruh". [Hasiyah At-Tarmasyi)

Berbeda dengan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Imam Qolyubi dan Syekh Mahfud At-Tarmasyi, Imam Al-Madabighi lebih cenderung mengatakan bahwa yang mu'tamad bukan makruh tapi khilaful aula sebagaimana dikatakan Imam Bujairimi dalam Hasiyah Iqna':

وَمِنْهُ الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ، فَلَا تُسَنُّ فِي الْأَوَّلِ بَلْ قِيلَ بِكَرَاهَتِهَا فِيهِ، وَلَا سُجُودَ لِتَرْكِهَا وَلَا لِفِعْلِهَا فِيهِ أَيْضًا ق ل. وَالْمُعْتَمَدُ أَنَّهَا خِلَافُ الْأَوْلَى. اهـ. م د 
Makna Petuk: "Termasuk juga membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ, maka tidak disunahkan didalam tasyahud awal, bahkan ada satu pendapat mengatakan makruh. Dan tidak disunahkan sujud sahwi dikarenakan tidak membacanya atau membacanya, selesai Imam Qolyubi. Pendapat mu'tamad bahwa hukum membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ adalah khilaful aula, selesai Imam Al-Madabighi". [Tuhfatul Habib Ala Syarhil Khotib, Juz II hal. 208 cetakan Darul Ma'rifat)

Hukum khilaful aula ini rupanya secara tidak langsung juga mendapat dukungan dari Syekh Sulaiman bin Mansur Al-Ujaili Al-Mishri atau yang akrab disebut Syekh Jamal karena beliau merasa hukum makruh ini menjustifikasi pendapat yang mengatakan sunah. Beliau katakan dalam Hasiyah Jamal Ala Fathil Wahab setelah menuqil ibarot Imam Nawawi dalam Al-Majmuk:

وَمُقْتَضَى هَذَا أَنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ مَكْرُوهَةٌ وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ لَيْسَ كَذَلِكَ مُرَاعَاةً لِلْقَوْلِ بِسُنِّيَّتِهَا فِيه
Makna Petuk : "Dari penjelasan ini memberi pemahaman bahwa membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ adalah makruh. Dhohirnya tidak seperti itu karena mempertimbangkan pendapat yang mengatakan sunah" .

Dalam Ibarot Bujairimi Alal Iqna' diatas dikatakan bahwa tidak disunahkan sujud sahwi baik ketika tidak membaca atau membacanya menurut Imam Qolyubi. Lalu bagaimana komentar yang lain?

Nampaknya untuk hal ini Imam Ibnu Hajar tidak sependapat dengan Imam Romli. Berkata Imam Imam Romli :

📚 نهاية المحتاج ج ٢ صـــ ٧٣
وَلَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ أَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ تَشَهُّدِهِ لَمْ يُسَنَّ لَهُ سُجُودُ السَّهْوِ كَمَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الْأَصْحَابِ ، وَهُوَ ظَاهِرٌ عَمَلًا بِقَاعِدَتِهِمْ مَا لَا يُبْطِلُ عَمْدُهُ لَا سُجُودَ لِسَهْوِهِ إلَّا مَا اُسْتُثْنِيَ مِنْهَا ، وَالِاسْتِثْنَاءُ : مِعْيَارُ الْعُمُومِ بَلْ قِيلَ إنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ سُنَّةٌ ، وَكَذَا الْإِتْيَانُ بِبِسْمِ اللَّهِ قَبْلَ التَّشَهُّدِ . وَأَمَّا مَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الشَّيْخِ فِي شَرْحِ مَنْهَجِهِ وَأَفْتَى بِهِ مِنْ السُّجُودِ لَهُ فَإِنَّمَا يُتَّجَهُ عَلَى الْقَوْلِ بِأَنَّهَا رُكْنٌ فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ ، كَذَا أَفَادَهُ الْوَالِدُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي فَتَاوِيهِ وَدَعْوَى صِحَّتِهِ بَعِيدَةٌ
Makna Petuk: "Seandainya seseorang membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal atau membaca basmalah diawal tasyahudnya, maka tidak disunahkan baginya untuk sujud sahwi sebagaimana keterangan yang dipahami dari kalam ashab dan ini jelas karena mengamalkan qoidah mereka bahwa sesuatu yang tidak membatalkan shalat apabila disengaja itu tidak ada kesunahan sujud karena lupa melakukannya kecuali perkara yang dikecualikan, sedangkan pengecualian ini masih umum. Bahkan ada pendapat yang mengatakan membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ itu sunah, begitu juga membaca basmalah sebelum tasyahud. Adapun keterangan yang dipahami dari perkataan Syekh Zakaria Al-Anshori dalam syarah Manhjut Thullab dan beliau fatwakan sunah sujud sahwi karena membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ, itu bisa dibuat wajah menurut pendapat yang mengatakan bahwa shalawat atas keluarga Nabi ﷺ itu termasuk rukun shalat didalam tasyahud akhir dan ini juga telah dijelaskan oleh Al-Walid Rahimahullah Ta'ala dalam fatawinya. Adapun klaim sah nya pendapat tersebut diatas oleh Syekh Zakaria Al-Anshori itu jauh sekali". [Syamsudin Muhammad bin Ahmad Ar-Romli As-Shoghir, Nihayatul Muhtaj Fii Syarh Al-Minhaj, Juz I Hal. 395 cetakan Darul Kutub Al-Ilmiah]

Dapat disimpulkan bahwa Imam Romli mengatakan tidak disunahkan sujud sahwi jika membaca shalawat atas keluarga Nabi didalam tasyahud awal secara mutlak. Berbeda dengan Imam Ibnu Hajar yang memberi qoyyid jika diniati sebagai dzikir tasyahud akhir. Beliau mengatakan :

وَمَا لَوْ نَقَلَ ذِكْرًا مُخْتَصًّا بِمَحَلٍّ لِغَيْرِهِ بِنِيَّةِ أَنَّهُ ذَلِكَ الذِّكْرُ . وَيُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّهُ لَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ التَّشَهُّدِ أَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ بِنِيَّةِ أَنَّهُ ذِكْرُ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ سَجَدَ لِلسَّهْوِ وَعَلَيْهِ يُحْمَلُ كَلَامُ شَيْخِنَا فِي فَتَاوِيهِ وَغَيْرِهَا وَمَنْ اعْتَرَضَهُ بِأَنَّهُ مَبْنِيٌّ عَلَى ضَعِيفٍ أَنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ رُكْنٌ فِي الْأَخِيرَةِ فَقَدْ أَبْعَدَ لِمَا تَقَرَّرَ أَنَّ نَقْلَ الْمَنْدُوبِ كَذَلِكَ بِشَرْطِهِ
Makna Petuk: "Dan (juga disunahkan sujud sahwi) jika memindah dzikir yang sudah ditentukan tempatnya ke tempat yang lain dengan niat dzikir yang telah ditentukan tempatnya itu. Dari keterangan ini bisa diambil pemahaman bahwa seandainya seseorang membaca basmalah awal tasyahud atau shalawat atas keluarga Nabi ﷺ dengan niat itu dzikir tasyahud akhir, maka disunahkan sujud sahwi. Dan atas penjelasan inilah perkataan Syaikhuna dalam fatawinya dll itu diarahkan. Adapun yang menentang pendapat Syaikhuna yang mengatakan pendapat itu didasarkan pada pendapat dloif yang mengatakan shalawat atas keluarga Nabi itu rukun dalam tasyahud akhir, maka beliau sangat jauh sekali karena sudah ada ketentuan bahwa memindah perkara sunah itu juga begitu dengan syaratnya". [Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj Juz I Hal. 243 cetakan Darul Kutub Al-Ilmiah]

Dari semua penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa point sebagai berikut :

1. Membaca shalawat atas Nabi ﷺ didalam tasyahud awal hukumnya sunah. Jika tidak membacanya sunah sujud sahwi.

2. Membaca shalawat atas Nabi ﷺ didalam tasyahud akhir hukumnya fardlu (termasuk rukun shalat ). Jika tidak membacanya, sama seperti meninggalkan rukun qouli lainnya.

3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal hukumnya tidak disunahkan menurut pendapat sohih. Menurut pendapat ini jika membacanya maka hukumnya khilaf: menurut Imam Ibnu Hajar makruh dan menurut Imam Al-Madabighi juga didukung Syekh Jamal khilaful aula. Akan tetapi tidak sampai membatalkan shalat, hanya saja ada pendapat dloif yang mengatakan batal.

4. Menurut pendapat muqobil sohih yang diakuatkan Imam Al-Adzro'i dan dianggap kuat oleh Ibnu Mulqin, membaca shalawat atas keluarga Nabi ﷺ didalam tasyahud awal hukumnya sunah bahkan dalam satu kitab lain Imam Nawawi condong pada pendapat ini. Berpijak pada pendapat ini, jika tidak membacanya sunah sujud sahwi.

5. Berpijak pada pendapat sohih yang mengatakan tidak disunahkan, jika membaca shalawat atas keluarga Nabi didalam tasyahud awal menurut Imam Romli, Qolyubi dll tidak disunahkan sujud sahwi secara mutlaq. Sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar, Syaikh Zakaria Al-Anshori dll sunah sujud sahwi jika diniati dzikir tasyahud akhir karena termasuk memindah kesunahan.

Untuk point terakhir, yakni terkait sujud sahwi bahwa baik Imam Ibnu Hajar, Imam Romli ataupun yang lain sepakat bahwa jika tidak niat dzikir tasyahud akhir maka tidak sunah sujud sahwi sebagaimana yang dinash Imam Nawawi dalam kitab-kitab beliau ketika memperpanjang tasyahud awal.

📚 Referensi:
1. Al-Majmuk Syarah Muhadzab
2. Roudlotut Tholibin
3. Minhajut Tholibin
4. Tuhfatul Muhtaj
5. Nihayatul Muhtaj
6. Mughnil Muhtaj
7. Dll

📚 المجموع شرح المهذب ج ٣ صـــ ٤٤٠
( فَرْعٌ ) قَالَ أَصْحَابُنَا : يُكْرَهُ أَنْ يَزِيدَ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ عَلَى لَفْظِ التَّشَهُّدِ وَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآلِ إذَا سَنَنَّاهُمَا ، فَيُكْرَهُ أَنْ يَدْعُوَ فِيهِ أَوْ يُطَوِّلَهُ بِذِكْرٍ آخَرَ ، فَإِنْ فَعَلَ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ وَلَمْ يَسْجُدْ لِلسَّهْوِ سَوَاءٌ طَوَّلَهُ عَمْدًا أَوْ سَهْوًا ، هَكَذَا نَقَلَ هَذِهِ الْجُمْلَةَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ وَاتَّفَقَ الْأَصْحَابُ عَلَيْهَا .

📚 المجموع شرح المهذب ج ٣ صـــ ٤٤٠
وَأَمَّا الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ فَفِيهِ طَرِيقَانِ :

( أَحَدُهُمَا ) وَبِهِ قَطَعَ الْمُصَنِّفُ وَسَائِرُ الْعِرَاقِيِّينَ لَا يُشْرَعُ ( وَالثَّانِي ) حَكَاهُ الْخُرَاسَانِيُّونَ أَنَّهُ يَبْنِي عَلَى وُجُوبِهَا فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ ، فَإِنْ لَمْ نُوجِبْهَا وَهُوَ الْمَذْهَبُ لَمْ تُشْرَعْ هُنَا ، وَإِلَّا فَقَوْلَانِ كَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّافِعِيُّ فَإِنْ قُلْنَا لَا تُسَنُّ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ وَلَا فِي الْقُنُوتِ فَفَعَلَهَا فِي أَحَدِهِمَا ، أَوْ أَوْجَبْنَاهَا عَلَى الْأُولَى فِي الْأَخِيرِ وَلَمْ نَسُنَّهَا فِي الْأَوَّلِ فَإِنْ أَتَى بِهَا فِيهِ فَقَدْ نَقَلَ رُكْنًا إلَى غَيْرِ مَوْضِعِهِ ، وَفِي بُطْلَانِ الصَّلَاةِ بِهِ خِلَافٌ وَتَفْصِيلٌ يَأْتِي إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى .

📚 الأذكار النووي صـــ ٥٦
ولا تستحب الصلاة على الآل على الصحيح وقيل تستحب ولا يستحب الدعاء في التشهد الأول عندنا بل قال أصحابنا : يكره؛ لأنه مبني على التخفيف بخلاف التشهد الأخير ، والله أعلم

📚 حواشي الشرواني والعبادي على تحفة المحتاج ج ٢ صـــ ٢٨١ ط. دار الكتب العلمية
( وَلَا تُسَنُّ ) الصَّلَاةُ ( عَلَى الْآلِ فِي ) التَّشَهُّدِ ( الْأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ ) لِبِنَائِهِ عَلَى التَّخْفِيفِ وَلِأَنَّ فِيهَا نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِيٍّ عَلَى قَوْلٍ وَهُوَ مُبْطِلٌ عَلَى قَوْلٍ ، وَاخْتِيرَ مُقَابِلُهُ لِصِحَّةِ حَدِيثٍ فِيهِ
حاشية الشرواني 
قَوْلُ الْمَتْنِ ( عَلَى الصَّحِيحِ ) وَالْخِلَافُ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا مَبْنِيٌّ عَلَى وُجُوبِهَا فِي الْآخِرِ فَإِنْ لَمْ تَجِبْ فِيهِ وَهُوَ الرَّاجِحُ كَمَا سَيَأْتِي لَمْ تُسَنَّ فِي الْأَوَّلِ جَزْمًا مُغْنِي ( قَوْلُهُ لِصِحَّةِ أَحَادِيثَ فِيهِ ) أَيْ وَلَا تَطْوِيلَ بِزِيَادَةِ وَآلِهِ أَوْ آلِ مُحَمَّدٍ وَنَقَلَ الرُّكْنُ مَوْجُودٌ فِي الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْضًا

📚 نهاية المحتاج ج ١ صـــ ٥٢٤
( وَلَا تُسَنُّ ) الصَّلَاةُ ( عَلَى الْآلِ فِي ) التَّشَهُّدِ ( الْأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ ) لِأَنَّهُ مَبْنِيٌّ عَلَى التَّخْفِيفِ . وَالثَّانِي تُسَنُّ فِيهِ كَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ إذْ لَا تَطْوِيلَ فِي ذَلِكَ.

📚 فتاوي الرملي صــ ١١٢ ط. دار الكتب العلمية 
سئل: عمّن صلّى في تشهّده الأوّل عن الآل هل يسنّ له سجود السّهو قياسا على نظائره وهو مقتضى عبارة المنهج وبه أفتى مؤلّفه وهل يتأتّى ذلك فيمن بسمل أوّل تشهّده؛ لأنّه نقل بعض ركن أم لا يسجد؛ لأنّه لم يقصد به الرّكن قياسا على ما قالوه في نقل القنوت نقلا عن الخوارزميّ وقال شيخ الإسلام زكريّا يقاس به ما في معناه؟
فأجاب: بأنّه لا يسنّ سجود السّهو كما اقتضاه كلام الأصحاب, وهو ظاهر عملا بقاعدتهم وهي أنّ ما لا يبطل عمده لا سجود لسهوه إلّا ما استثنوه منها, والاستثناء معيار العموم بل قيل: إنّ الصّلاة على الآل في الأوّل سنّة, وكذا الإتيان ببسم اللّه قبل التّشهّد, وأمّا ما اقتضاه كلام شيخنا - رحمه اللّه - في منهجه, وأفتى به فإنّما يتّجه على القول بأنّها ركن في التّشهّد الأخير.

📚 مغني المحتاج ج ١ صـــ ٢٦٨ ط. دار المعرفة
(وَلَا تُسَنُّ) الصَّلَاةُ (عَلَى الْآلِ فِي) التَّشَهُّدِ (الْأَوَّلِ عَلَى الصَّحِيحِ) لِبِنَائِهِ عَلَى التَّخْفِيفِ. وَالثَّانِي تُسَنُّ فِيهِ كَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِيهِ إذْ لَا تَطْوِيلَ فِي قَوْلِهِ وَآلُهُ أَوْ آلُ مُحَمَّدٍ، وَكَذَا اخْتَارَهُ الْأَذْرَعِيُّ وَقَالَ الْمُصَنِّفُ فِي التَّنْقِيحِ: إنَّ التَّفْرِقَةَ بَيْنَهُمَا فِيهَا نَظَرٌ، فَيَنْبَغِي أَنْ يُسَنَّا جَمِيعًا أَوْ لَا يُسَنَّا، وَلَا يَظْهَرُ فَرْقٌ مَعَ ثُبُوتِ الْجَمْعِ بَيْنَهُمَا فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ اهـ. وَالْخِلَافُ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا مَبْنِيٌّ عَلَى وُجُوبِهَا فِي الْأَخِيرِ، فَإِنْ لَمْ تَجِبْ فِيهِ وَهُوَ الرَّاجِحُ كَمَا سَيَأْتِي لَمْ تُسَنَّ فِي الْأَوَّلِ جَزْمًا، وَسَيَأْتِي تَعْرِيفُ الْآلِ فِي كِتَابِ قَسْمِ الصَّدَقَاتِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى، وَمَا رَجَّحَهُ الْمُصَنِّفُ مِنْ أَنَّ الْخِلَافَ وَجْهَانِ رَجَّحَهُ فِي مَجْمُوعِهِ، وَرَجَّحَ فِي الرَّوْضَةِ أَنَّهُ قَوْلَانِ (وَتُسَنُّ فِي) التَّشَهُّدِ (الْآخَرِ، وَقِيلَ تَجِبُ) فِيهِ لِقَوْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي الْحَدِيث السَّابِقِ «قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ» وَالْأَمْرُ يَقْتَضِي الْوُجُوبَ، وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي الصَّلَاةِ عَلَى إبْرَاهِيمَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَمَا حَكَاهُ فِي الْبَيَانِ عَنْ صَاحِبِ الْفُرُوعِ.

📚 حاشية الجمل على شرح المنهج ج ١ صـــ ٣٨٣
(فَرْعٌ) قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ: يُكْرَهُ أَنْ يَزِيدَ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ عَلَى لَفْظَةِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَإِنْ فَعَلَهُ لَمْ يَسْجُدْ لِلسَّهْوِ اهـ شَرْحُ الْبَهْجَةِ أَيْ: لِأَنَّهُ مَحَلُّ الصَّلَاةِ عَلَى الْآلِ فِي الْجُمْلَةِ اهـ ع ش وَمُقْتَضَى هَذَا أَنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ مَكْرُوهَةٌ وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ لَيْسَ كَذَلِكَ مُرَاعَاةً لِلْقَوْلِ بِسُنِّيَّتِهَا فِيهِ. وَعِبَارَةُ أَصْلِهِ مَعَ شَرْحِ م ر وَلَا تُسَنُّ الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّل ِعَلَى الصَّحِيحِ؛ لِأَنَّهُ مَبْنِيٌّ عَلَى التَّخْفِيفِ وَالثَّانِي تُسَنُّ فِيهِ كَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِيهِ؛ إذْ لَا تَطْوِيلَ فِي ذَلِكَ انْتَهَتْ.

📚 الأجوبة العجيبة عن الأسئلة الغريبة التي سأل عنها أحمد زين الدين مصنف فتح المعين وجمعها الشيخ أبو بكر أحمد زين الدين المعبري صـــ ١٨-٢٠

سألت عن الصلاة على النبي ﷺ إلى الآل في التشهد الأول هل يكره زيادتها فيه أو يستحب؟
فأجاب شيخنا عبد العزيز الزمزمي بأن الصلاة على الآل في التشهد الأول ففي فتاوي قاضي القضاة برهان الدين ابن ظهيرة ما صورته : مسئلة ما صححوه من عدم الصلاة على الآل في التشهد الأول قال البلالي في مختصر الإحياء أنه ينسخ، لا وجه له إذ لا دليل على الفرق. ونقل الناشري عنه وعن غيره ما يقتضي الإستحباب، وقال ابن الملقن في العجالة أنه القوي عندي لصحة الأحاديث ومن قواعدهم أن الخروج من الخلاف مستحب فهل مرادهم ما يختص الأركان والشروط وما يعمها والسنن؟ أجاب رحمه الله بما صورته : المصحح في كلام الشيخين عدم الإستحباب والقول بالإستحباب هو الوجه، فقد قال النووي في التنقيح أن التفرقة بينهما مع الحديث الصحيح فيه نظر وعبارته "صحح الأصحاب أن الصلاة على النبي ﷺ سنة في التشهد الأول بخلاف الآل وفيه نظر وينبغي أن يسننا أو لا يسننا ولا يظهر فرق مع الحديث الصحيحة المصرحة بالجمع بينهما" ، وأشار بقوله الحديث الصحيح إلى ما ورد من قولهم كيف نصلي عليك إذا نحن صلينا عليك في صلاتنا؟ فقال ﷺ "قولوا اللهم صل على محمد النبي الأمي وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم انك حميد مجيد" أخرجه الحاكم وابن حبان في صحيحيهما. قال الأذرعي في التوسط " وهذا حق والأحاديث الدالة على استحباب الصلاة عليه دالة على ذلك وأي تطويل في قوله وآل محمد" والخروج من الخلاف أولى سواء ذلك في الأركان والشروط والسنن بشرط قوة دليله عليه، فإن لم يكن قويا يؤدي إلى تشريع ما لم يشرع وذلك أشد من ترك ما شرع والله أعلم انتهى ما في الفتاوي المذكورة وهو يقتضي ترجيح أن الصلاة على الآل في التشهد الأول مستحب وإن كان مخالفا لكلام الأصحاب الصريح لكنه موافق لمقتضي قواعدهم أن الخروج من الخلاف مستحب بأنه لأنها لا تسن على الآل في الأول على الصحيح وقيل يسن. وهذا الخلاف وإن كان غير في اصطلاحهم لأنه مقال الصحيح لكنه قوي المدرك لصحة الحديث المتقدم ولذا نظر النووي في كلام الأصحاب ومال إلى التسوية في سنها في التشهد الأول والأخير. فإن قلت لنا قول آخر أن الصلاة على الآل في التشهد الأول تبطل الصلاة لأنها إعادة ركن على قول فهلا روعي فقد يكون مراعتاه أولى لأن ترك المستحب أولى من الإتيان بالمبطل، قلت هذا الخلاف ضعيف مبني على ضعيف نقلا ومدركا فلهذا لم يراع.

📚 تحفة المحتاج ج ٢ صـــ ١٧٧
وَمَا لَوْ نَقَلَ ذِكْرًا مُخْتَصًّا بِمَحَلٍّ لِغَيْرِهِ بِنِيَّةِ أَنَّهُ ذَلِكَ الذِّكْرُ. وَيُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّهُ لَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ التَّشَهُّدِ أَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ بِنِيَّةِ أَنَّهُ ذِكْرُ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ سَجَدَ لِلسَّهْوِ وَعَلَيْهِ يُحْمَلُ كَلَامُ شَيْخِنَا فِي فَتَاوِيهِ وَغَيْرِهَا وَمَنْ اعْتَرَضَهُ بِأَنَّهُ مَبْنِيٌّ عَلَى ضَعِيفٍ أَنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ رُكْنٌ فِي الْأَخِيرَةِ فَقَدْ أَبْعَدَ لِمَا تَقَرَّرَ أَنَّ نَقْلَ الْمَنْدُوبِ كَذَلِكَ بِشَرْطِهِ
حاشية ابن قاسم 
وَيَتَّجِهُ أَيْضًا السُّجُودُ بِالصَّلَاةِ عَلَى الْآلِ فِي غَيْرِ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ بِقَصْدِ أَنَّهَا ذِكْرُ الْأَخِيرِ ؛ لِأَنَّهَا نَقْلُ بَعْضٍ إلَى غَيْرِ مَحَلِّهِ لَكِنْ خَالَفَ م ر فَفِي شَرْحِهِ ، وَلَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ ، أَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ التَّشَهُّدِ لَمْ يُسَنَّ لَهُ سُجُودُ السَّهْوِ كَمَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الْأَصْحَابِ هُوَ ظَاهِرٌ عَمَلًا بِقَاعِدَتِهِمْ مَا لَا يُبْطِلُ عَمْدُهُ لَا سُجُودَ لِسَهْوِهِ إلَّا مَا اُسْتُثْنِيَ ، وَالِاسْتِثْنَاءُ مِعْيَارُ الْعُمُومِ ، بَلْ قِيلَ إنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ سُنَّةٌ

📚 نهاية المحتاج ج ٢ صـــ ٧٣
وَلَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ أَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ تَشَهُّدِهِ لَمْ يُسَنَّ لَهُ سُجُودُ السَّهْوِ كَمَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الْأَصْحَابِ ، وَهُوَ ظَاهِرٌ عَمَلًا بِقَاعِدَتِهِمْ مَا لَا يُبْطِلُ عَمْدُهُ لَا سُجُودَ لِسَهْوِهِ إلَّا مَا اُسْتُثْنِيَ مِنْهَا ، وَالِاسْتِثْنَاءُ : مِعْيَارُ الْعُمُومِ بَلْ قِيلَ إنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْآلِ فِي الْأَوَّلِ سُنَّةٌ ، وَكَذَا الْإِتْيَانُ بِبِسْمِ اللَّهِ قَبْلَ التَّشَهُّدِ . وَأَمَّا مَا اقْتَضَاهُ كَلَامُ الشَّيْخِ فِي شَرْحِ مَنْهَجِهِ وَأَفْتَى بِهِ مِنْ السُّجُودِ لَهُ فَإِنَّمَا يُتَّجَهُ عَلَى الْقَوْلِ بِأَنَّهَا رُكْنٌ فِي التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ ، كَذَا أَفَادَهُ الْوَالِدُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي فَتَاوِيهِ وَدَعْوَى صِحَّتِهِ بَعِيدَةٌ
حاشية الشبراملسي
(قَوْلُهُ: أَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ تَشَهُّدِهِ) ظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا يَسْجُدُ، وَإِنْ قَصَدَ أَنَّهَا مِنْ الْفَاتِحَةِ، لَكِنَّ عِبَارَةَ حَجّ: وَأَنَّهُ لَوْ بَسْمَلَ أَوَّلَ التَّشَهُّدِ أَوْ صَلَّى عَلَى الْآلِ بِنِيَّةِ أَنَّهُ ذَكَرَ التَّشَهُّدَ الْأَخِيرَ سَجَدَ

حواشي المدينة على شرح المقدمة الحضرمية ج ١ صـــ ٥٤٨ ط. دار الكتب العلمية 
المؤلف : محمد بن سليمان الكردي المدني

قوله: (أن لا فرق) هذا معتمد الشارح لكن قيده في التحفة وغيرها بأن يأتي به بنية أنه ذلك الذكر أي بنية أن هذا تسبيح نحو الركوع مثلا، وسبقه شيخه شيخ الإسلام زكريا، قال في فتح الجواد : " ولا تشترط النية في نقل الركن القولي والسورة، واعتمد الجمال الرملي عدم السجود بنقل التسبيح وبالصلاة على الآل في التشهد الأول وبالبسملة أول التشهد.

Bersambung...

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan